Untuk Satu Hari Saja
Aku lelah, hati ku lelah. Rasa itu apa telah mati. Melihat wajah mu, mata mu, gestur tubuh mu, aku tidak dapat lagi berempati. Aku memang melihat kesedihan di mata mu. Luka yang telah lama kau pendam dan tak pernah kau sebutkan. Tapi bagaimana? Tidak kah kau pikir tentang perasaanku? Perasaan yang ingin membantu untuk menyembuhkan luka itu. Namun tak pernah kau sambut hangat niat itu. Kau palingkan wajah, kau beri topeng wajah datar padaku. Kau tak bisa membohongi ku.
Mungkin jika kau sendiri kau akan menyadarinya. Menyadari bahwa kau membutuhkan kehadiran orang lain, bahwa kau ingin menceritakan segala luka mu. Bahwa kau ingin tahu bagaimana cara menyembuhkannya.
Kau tahu, banyak sekali orang-orang yang penuh luka. Ada
luka lebam, luka memar, penuh darah bahkan beberapa orang merasakan itu sekaligus.
Bukan hanya kau yang merasa luka, namun kau terlalu fokus pada luka mu. Dan kau
merasa bahwa kau yang mempunyai luka paling perih.
Aku pun begitu, penuh luka. Namun aku tahu, aku jauh lebih
beruntung dari orang-orang diluar sana. Banyak sekali orang-orang yang bahkan
tidak mempunyai tempat tinggal, yatim-piatu, bahkan untuk makan saja sulit. Aku
jauh lebih beruntung dari mereka.
Untuk satu hari saja, aku ingin memikirkan diriku sendiri.
Menangis, kecewa, marah dan bahagia untuk diriku sendiri. Demi diriku sendiri,
bukan kamu. Yang selalu mengabaikan ku.
Untuk satu hari saja aku ingin egois, berlaku sesuka ku.
Pergi ke pantai, berbicara dengan semesta. Menikmati angin yang menyentuh
wajahku, membiarkan ia membawa air mata dan kesedihan.
Begitu banyak orang-orang yang menunggu kau sambut
kehadirannya. Tapi kau tidak membiarkan mereka masuk, tidak membiarkan mereka
membantu mu menyembuhkan luka. Aku sudah lama menunggu, berharap suatu hari kau
berubah. Namun apalah daya jika hati mulai lelah. Aku harap kau dapat belajar
bagaimana menyembuhkan luka itu, dari siapapun itu.
Untuk satu hari saja aku ingin benar-benar melupakan mu.
-sitihaniefah-
Jakarta, Juni 2020
Comments
Post a Comment