General Anxiety Disorder


Akhir bulan Januari aku mengunjungi seorang dokter, bertanya mengenai hal-hal yang menggangguku selama ini. Sulit sekali untuk tidur dimalam hari, terlalu banyak hal-hal yang aku pikirkan walau kadang hal tersebut sungguhlah tidak begitu berarti. Namun aku tidak dapat mengontrolnya, aku pun ingin tidur pulas dan cepat. Aku ingin menjalani hari-hari yang produktif, karena itu sudah sangat mengganggu akhirnyaku putuskan untuk pergi mengunjungi dokter.

Sebenarnya sudah lama sekali aku ingin mengunjunginya, aku bercerita pada teman dekatku dan ia merekomendasikan seseorang kepadaku. Dan hari itu, hari dimana aku sudah tidak lagi kuat menahan semua. Aku memberanikan diri, menghubungi Ibu yang jauh disana dan meminta izin. Hal itulah yang aku takutkan, aku takut Ibu memikirkan hal yang tidak-tidak. Dan Ibu ingin datang menemaniku, namun aku menolak. Aku butuh ruang dan aku ingin sendiri. Pada akhirnya Ibu menyetujuinya, tapi aku tidak ingin menyembunyikan sesuatu dari Ibu. Aku hanya butuh waktu karena pada akhirnya aku mengizinkan Ibu untuk menemui dokter itu. Berdiskusi tentang apa yang terjadi, tentang apakah ada sesuatu yang salah.

Sejak kecil aku menjadi seorang yang tertutup, namun semakin bertambah usia aku semakin membaik. Tapi aku masih sulit untuk percaya apalagi pada seseorang yang baru datang menyapa. Aku akan memberi dinding dan batasan, karena aku tidak ingin kecewa dan berharap. Sulit sekali bagiku untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang sedang aku rasakan, sepertinya semua menumpuk dan hal itu justru membuatku sakit baik secara fisik maupun pikiran setelah beberapa hari yang lalu aku sakit selama 1 minggu lebih lamanya. Rasanya tidak fit sekali dan setelah itu aku memberanikan diri dan memutuskan untuk pergi kedokter, aku tidak ingin terus hidup dalam kecemasan. Aku ingin bebas.

Akhirnya dokter memberiku diagnosa, general anxiety disorder. Tertulis jelas dilembar surat rumah sakit. Aku mencari tahu tentang itu, mengenalnya agar aku dapat menerimanya. Aku harus belajar, menerima semua dan mengikhlaskan semua. Dokter itu berkata “Itu bagus. Sekarang kamu ingin lari, tapi ada sesuatu yang menahanmu. Ada sesuatu yang mengikatmu, kamu punya beban dan kamu tidak dapat berlari maksimal. Sekarang kita sama-sama cari tahu apa itu,” sambil tersenyum hangat kearahku. Aku merasakan kehangatan dari sikapnya, dan ingin mulai mempercayainya. Mempersilahkannya melihat semua ruang yang ada di hati dan pikiranku, agar ia dapat lihat jika ada sesuatu yang aku letakkan bukan pada tempatnya.

Bagaimana rasanya saat mengetahui itu? Ya biasa saja, aku berusaha untuk ikhlas menerima dan aku yakin semua yang telah terjadi padaku adalah kuputusan yang paling benar dari Allah. Aku tahu Allah tidak pernah salah, dan apapun yang Allah beri padaku Dia tahu bahwa aku dapat menanggungnya. Aku belajar untuk menerima segala kondisiku, menerima masalalu dan belajar memahami serta mencintai diriku sendiri.










-sitihaniefah-
Jakarta, Februari 2020

Comments

Popular Posts