Standar Kehidupan


Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita akan banyak berinteraksi dengan orang lain seperti orang tua/keluarga, teman-teman, guru/dosen, bahkan rekan kerja. Tetapi mengapa kebanyakan orang sukses yang menurut kita sudah mencapai ekonomi yang baik bahkan stabil dan menopang keluarga nya merasa tidak bahagia?

Mungkin ada yang berpikir, “Masa sih, saya bahagia saja”. Memang benar semua orang yang sukses belum tentu tidak bahagia, bahkan kebanyakan orang yang sukses tentu bahagia. Sukses yang saya maksud disini bukan hanya dalam hal ekonomi, melainkan sukses yang anda ingin kan yang membuat anda bahagia atau bisa disebut sukses menggapai impian. Setiap orang mempunyai standar sukses atau impian yang berbeda-beda, tapi kebanyakan orang berpikir sukses adalah jika sudah mempunyai banyak uang atau karir yang bagus bahkan ada yang berpikir bahwa sukses itu mandiri dan harus punya perusahaan sendiri.

Tapi mengapa sebagian orang yang sukses, terkenal bahkan yang menjadi role model orang lain memilih hidup sederhana? Bukankah mereka mempunyai uang yang sangat banyak? Tak sedikit yang sekiranya mempunyai ekonomi yang stabil dan di atas rata-rata justru memilih hidup sederhana. Contoh nya seperti Mark Zuckerberg pendiri facebook, banyak foto-foto yang beredar di internet Mark sedang menikmati waktu dengan keluarga nya tetapi coba perhatikan foto-foto tersebut disini. Bukan kah Mark hanya berpenampilan sederhana? Sering sekali memakai kaus abu-abu, jeans dan sneakers. Mark dan keluarga pun hidup seperti orang biasanya, ia bahkan dikatakan miliader yang hidup terlampau sederhana di Koran Los Angeles Times. Mengapa Mark memilih jalan hidup yang sederhana? Karena ia mempunyai prinsip, mempunyai jati diri dan karakter. Mark lebih mengutamakan kenyamanan dibanding kemewahan, suatu kali ia pernah mengatakan: “Anda harus menjaga pikiran anda agar terfokus pada upaya mencintai pekerjaan daripada mencintai apa yang dimiliki.”

Tidak sedikit saya menjumpai orang yang pintar tapi tidak tahu ingin menjadi apa di kemudian hari. Lalu secara tidak sadar membuat standar kehidupan yang ditetapkan oleh masyarakat, yaitu harus masuk universitas ternama/mempunyai karir yang bagus. Tapi benarkah kita akan menjadi bahagia? Sebenarnya bahagia itu apa?

Bahagia itu sederhana, ketika kita dapat mencintai hal-hal yang kita jalani dan ketika kita mencintai segala sesuatu yang memang milik kita. Itu adalah bahagia. Kita mencintai hidup kita. Se-sederhana itu. Tapi mengapa kita menipu diri kita sendiri? Atau bahkan memaksaan sesuatu yang tidak kita inginkan untuk dipuji orang lain?

Sebenarnya ini adalah masalah utama, penyebab stress kebanyakan orang atau bahkan depresi. Mereka merasa takut dengan omongan masyarakat dan secara tidak langsung justru mengikuti standar kehidupan yang di tetapkan oleh masyarakat. Bahkan beberapa orang tua menetapkan standar kehidupan kepada anaknya karena tadi, agar di pandang oleh masyarakat. Memang pada dasar nya manusia membutuhkan pengakuan, penghargaan. Kita sangat butuh dihargai keberadaannya. Tetapi bukan dengan cara mengikuti standar kehidupan tersebut. Kita harus menetapkan tujuan kita agar mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Dengan begitu kita mempunyai jati diri, jati diri yang memang dibentuk bukan dicari. Karna jati diri yang dibentuk tidak akan mudah berubah, ia akan terus menuju hal yang lebih baik lagi. Berbeda dengan mereka yang mencari jati diri, padahal mereka hanya ‘mengikuti’. Mengikuti orang lain, mengikuti zaman. Dan pasti akan selalu berubah mengikuti ‘zamannya’.





-sitihaniefah-
Jakarta, Agustus 2018


Comments

Post a Comment

Popular Posts