Rain


Sore itu hujan, kau mencari dia dan mendapati keberadaannya. Dia yang duduk diatas kursi rodanya sambil membaca buku kesukaannya yang entah sudah berapa puluh kali dia baca di sebuah sudut ruangan dekat jendela, tempat favoritmu. Kau menuju dapur, mengambil dua cangkir putih dan satu sendok kecil. Menghidupkan mesin penggiling biji kopi dan mengambil biji kopi favoritnya. Satu cangkir tanpa gula untuknya dan satu cangkir dengan sedikit gula untukmu.

Kau singgah ke perpustakaan mini yang kau buat dengannya sebelum menghampirinya. Kau ambil buku favoritmu dan kau melangkah menuju tempat dia berada. Kau duduk disampingnya dan meletakkan dua cangkir kopi milik kalian berdua diatas meja, kemudian kau mulai memandangi langit dan melihat air yang sepertinya tak ingin berhenti menjatuhkan dirinya ke Bumi. Mendengar bunyi baki yang bergesekkan dengan meja, dia menoleh sambil memberikan senyuman hangat seperti biasa.

“Untukku?” tanyanya melihat keberadaan dua cangkir kopi disebelahnya. Kau mengangguk tersenyum, dan kembali berbicara dengan hujan. Dia menghirup aroma kopi yang kau buat, dan melihatmu yang begitu lama berbicara dengan hujan. “Jadi, hujan bercerita apa hari ini?” tanyanya dan disambung dengan menyeruput kopi favoritnya itu. Kau menoleh kearahnya, bersiap untuk mulai bercerita. “Hujan menghiburku, ia mengajariku bangkit. Hujan bercerita bahwa jatuh bukanlah sebuah kekalahan.”

Dia terdiam untuk beberapa saat, dan memutar roda kursinya menuju tempatmu. “Kau perlu waktu, dan kau tahu aku selalu disini menunggumu untuk kembali.”





-sitihaniefah-
Bali, November 2018

Comments

Popular Posts